Sebagai rumah kedua bagi siswa, sekolah harus menjadi tempat yang nyaman dan aman. Misalnya, dari ancaman pelecehan seksual.
Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistiyo menyampaikan, sekolah kini kerap dianggap sebagai ruang ancaman pelecehan seksual terhadap anak. Dia pun meminta, guru bimbingan konseling lebih berperan dalam melakukan komunikasi intensif dengan setiap siswa, khususnya dalam pendidikan reproduksi.
Menurut Sulistiyo, penting sekali bagi sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan tentang reproduksi bagi remaja. Masa orientasi peserta didik (MOPD) serta berbagai kegiatan OSIS dapat menjadi sarananya.
“Dalam OSIS misalnya, bisa dilakukan kegiatan rutin semesteran, agenda kegiatan kesiswaan, dan harus ada organisasi kesiswaan yang membidangi kesehatan,” ujar Sulistiyo, dalam Seminar Kesehatan Reproduksi Remaja “Strategi Kesehatan Reproduksi Remaja dalam Upaya Meningkatkan Kesehatan Ibu di Indonesia” di Kampus Universitas Indonesia (UI) Depok, akhir pekan lalu.
Saat ini, kebutuhan remaja akan pengetahuan reproduksi yang baik dan benar begitu mendesak, sedangkan akses yang dimiliki guru sangat minim. Contoh kasus, kata Sulistiyo, jika ada siswa yang hamil di luar nikah, maka mereka biasanya mengajukan pengunduran diri sebelum keluar.
Ketika mereka tidak drop out, terkadang sekolah pun membiarkan. Lalu pada saat melahirkan, siswi ini tidak ikut aktivitas sekolah, maka dia tidak bisa lulus. Ujung-ujungnya, siswi tersebut keluar atau pindah sekolah.
“Guru-guru merasa, pelanggaran tata tertib seperti itu masih jadi perdebatan di lingkungan sekolah. Kadang, siswi pelanggar tata tertib bisa diterima sekolah lain agar jauh dari lingkungan asalnya. Secara kemanusiaan dan akademik, justru jika dikeluarkan, si anak akan lebih terjerumus, jadi tambah menderita,” tukasnya.
Fenomena seperti itu sebenarnya menguji kemampuan mencegah dan mendidik para guru. Beban mereka memang semakin berat, seiring perkembangan zaman.
“Namun, masa depan anak tentu akan terganggu jika terjerumus seks pra nikah. Sulit diterima di sekolah lain, kalau tidak, maka kejar paket. Maka ini tantangan bagi kami para guru,” tegasnya